
(Sabhatansa, 26/2) Dewasa ini, content creator merupakan salah satu pekerjaan yang sangat digandrungi oleh kaum muda, utamanya generasi “z”. Akan tetapi, banyak dari mereka yang belajar secara otodidak sehingga hal ini yang menginspirasi Ibu Diah Permatasari, S.Pd., Gr untuk mengangkat tema “Pemberdayaan” dalam praktik baik yang dilakukan hari ini Rabu, 26/2/25.
Ibu Diah permatasari, S.Pd,. Gr merupakan salah satu guru sosiologi di kelas XII. Beliau selalu menyediakan pembelajaran yang tidak monoton dan didasarkan pada kebutuhan siswa. “Sosiologi itu menyenangkan” ujarnya.
Dalam melaksanakan pembelajaran berbasis simulasi, kelas akan dibagi menjadi 6 kelompok besar dengan jumlah siswa kurang lebih 5-6 orang. Selanjutnya dipilih inisiator pada masing-masing kelompok dan disajikan lembar kerja sehingga inisiator dapat menemukan judul yang sesuai menyelesaikan yang mana diakhiri dengan evaluasi dan refleksi pada akhir kegiatan. Beberapa judul yang ada diantaranya adalah pemberdayaan social dalam kewirausahaan, pemberdayaan digitalisasi, seni endorsement, dll. Kelas XII-1 merupakan salah satu kelas yang mengangkat judul tentang endorsement, hal ini didasarkan pada beberapa sumber daya manusia yang seringkali “fyp” pada aplikasi tiktok, diantaranya adalah Ayyubi dan Muhammad Affan.
Guna mengukur keberhasilan pelaksanaan Simulation Based Learning, dilakukan survey terhadap peserta didik melalui google form dan didapatkan hasil berupa peserta didik lebih mudah memahami materi pemberdayaan social, peserta didik dapat berpartisipasi aktif dalam kelas, serta hal ini merupakan implementasi dalam pembelajaran deep learning yaitu bermakna dan menyenangkan.
Dr. Ninik Kristiani selaku pengawas pendamping SMAN 7 Malang turut serta hadir dalam kegiatan yang diadakan oleh Komunitas Belajar (kombel) Sabhatansa ini, beliau memberikan arahan dalam kegiatan tersebut. Refleksi dalam kegiatan ini, kelebihannya adalah melatih keterampilan tertentu melalui pengalaman nyata, melatih problem solving, menumbuhkan daya kritis, serta peserta didik menyadari potensi-potensi yang dapat dikembangkan. Selain itu, terdapat pula tantangan yakni menyita waktu karena perlu pengkondisian pada peserta didik, serta sikap saling menghargai yang kurang karena inisiator adalah rekan sebaya. (add)